tag line

Satu orang satu pohon untuk bumi bebas pemanasan global

Cari Blog Ini

Filosofi Hidup orang Jawa

Sabtu, 13 September 2014

Filosofi Hidup orang Jawa


Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala), Hidup itu hendaknya memberi
manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang
bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat
yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang
meresahkan masyarakat).

Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan;
serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka,
hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan
sabar)

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa
Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
(Berjuang tanpa perlu membawa
massa; Menang tanpa
merendahkan atau
mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan,
kekuatan; kekayaan atau
keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri;
Jangan sedih manakala
kehilangan sesuatu).

Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman (Jangan mudah terheran-heran; Jangan
mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah
kolokan atau manja).

Aja Ketungkul Marang
Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi
atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan,
kebendaan dan kepuasan
duniawi).

Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan
merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat
curang agar tidak celaka).

Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan
tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak
kendor niat dan kendor
semangat).

Aja Adigang, Adigung, Adiguna
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

Alon-alon waton klakon
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang safety. Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini
mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang
safety.

Nrimo ing pandum
Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran, keiklasan,
ringan dalam bekerja dan
ketidakinginan untuk korupsi.
Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari
usaha yang sudah dia kerjakan.

Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo.
Hanya orang yang ingat kepada Allah (disini saja juga tidak
cukup) dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap
saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.

Mangan ora mangan sing
penting ngumpul
''Makan tidak makan yang
penting kumpul'. Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat
kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau
bangsa kita mendasarkan
demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan
sejahtera.
'Mangan ora mangan'
melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yg tdk dapat apa-apa tetap
legowo. 'Sing penting ngumpul' melambangkan berpegang teguh
pada persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.
Saya pikir Filosofi 'Mangan ora mangan sing penting kumpul'
adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi
bangsa Indonesia agar tujuan bangsa ini
tercapai.

Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk.
Filosofi ini juga berupa
ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah
'Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk'.
Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan
bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekalipun. Orang yang memegang
filosofi ini akan selalu giat
bekerja dan selalu ulet dalam meraih
cita-citanya.

0 komentar:

Posting Komentar